Kamis, 27 November 2014

Bell of Belle - Satu

Aku Yakin Bisa

  Alunan lagu BUKAN CINTA BIASA yang dibawakan Afgan dengan suara yang lembut, merdu dan menjiwai lagu tersebut menemani belajarku di kala malam itu. Aku hanyut dengan lagu kesukaanku itu sehingga aku tak memperdulikan tawa anak anak yang sedang bergurau di luar maupun suara mobil papa yang baru saja terparkir di garasi. Dengan mendengarkan lagu itu, aku menjadi nyaman, damai, dan dapat melenyapkan segala penatku selama di sekolah.


  Setelah selesai belajar, headset hp masih menempel di kedua telingaku dan aku masih enjoy mendengarkan lagu dari hpku. Sampai sampai aku tidak menyadari kalau mama memanggilku,

 “Isabelle, kamu sudah makan belum sayang?

  Mama mendatangiku dan menepuk bahuku pelan, dari situlah aku baru sadar dan aku segera melepas salah satu headset yang menempel di kedua telingaku. Kemudian mama mengulangi pertanyaan yang baru saja beliau katakan padaku.

 “Belle belum makan ma, Belle nunggu mama dan papa supaya bisa makan bareng.

  Mama mengerutkan dahinya Lain kali kalau Isabelle udah laper, makan aja duluan nggak usah nunggu mama maupun papa nanti kalau sakit maag kamu kambuh lagi gimana? Mama nggak ingin lihat kamu sakit.

  Aura keibuan mama terpancar dari sikap dan omongan beliau tadi. Memang 1 tahun yang lalu aku di vonis dokter Kiran, dokter sekaligus teman kakakku yang memanggilku dengan nama Belle (cara baca: bel) itu kalau aku sakit maag. Karena itu, mama khawatir kalau aku terlambat makan maupun kelaparan.

  Jam dirumahku berdenting menandakan sekarang sudah pukul 20.00.

Isabelle tadi masih dengerin lagu apa sih sayang? Kok nggak merhatiin waktu mama tanya?

Oh maaf ma, tadi Belle masih enak dengarin lagu-lagu dari Afgan dan artis-artis lainnya gitu deh ma jadinya nggak ngejawab pertanyaan mama.

Ngobrolnya nanti lagi dong, kita kan masih makan jangan banyak bicara nanti bisa tersedak nasihat papa padaku dan mama.

  Setelah itu, suasana kembali hening hanya ada sesekali bunyi sendok beradu dengan piring.

Gimana tadi sekolahnya? Nggak ada masalah kan? tanya papa.

Nggak ada problem sih, cuman Belle bingung aja. Belle disuruh Bu Isma datang ke rumah Arum untuk mengajari teman-teman menggantikan Titan yang masih sakit di RS.

Kenapa harus bingung, Belle? Seharusnya kamu senang sudah diberi kepercayaan dari Bu Isma untuk mengajari teman-teman kamu. Dan papa yakin teman-teman kamu pasti percaya dan mau menerima kamu sebagai pengganti sementaranya Titan, toh juga dapat pahala kan!

Iya sih pa, tapi Belle kayaknya nggak sanggup deh, karena kan Belle nggak bisa mengimbangi pinter dan jeniusnya Titan.

Isabelle, kamu nggak boleh gitu sayang, mereka sudah percaya sama kamu dan kamu nggak boleh ngecewain mereka semua sela mama dalam perbincanganku dengan papa.

Papa setuju dengan mama, kamu jangan patah semangat gitu dong. Sesuatu kalau belum dicoba, belum tahu hasilnya. Jadi, Bel harus nyoba dulu kalau memang terbukti Bel nggak sanggup baru bilang ke Bu Isma. Oke? papa memberi semangat bagiku.


  Semalaman aku memikirkan itu, ya aku sudah dipercaya dan aku tidak boleh melunturi kepercayaan mereka dengan mengecewakan mereka. So, benar kata papa aku tidak boleh rendah diri dan bilang tidak sanggup sebelum mencoba. Walaupun aku tidak bisa mengimbangi pandai dan jeniusnya cowok yang bernama Titan aku bisa meminta bantuan teman-temanku yang pandai lainnya. Aku mantap dengan apa yang sudah aku pikirkan ini dan kini, aku bisa tertidur lelap. Dan tak ada lagi seberkas cahaya dalam pandanganku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar